MEMBENAHI WISATA DANAU TOBA DALAM TANTANGAN DAN TATANAN
Setelah ditetapkannya Danau Toba menjadi salah satu Destinasi Wisata Dunia oleh pemerintahan Joko Widodo masyarakat banyak yang senang. Terutama masyarakat sekitar khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Penetapan ini memang memberi angin segar bagi wisata Danau terindah no 2 dunia itu, untuk ditata dan dibangun menjadi destinasi wisata yang diharapkan akan membuat semua orang yang datang ke sana medecak para karena keindahan panorama alamnya yang indah luar biasa, ibarat gadis cantik yang polos dan natural.
Lalu mulai timbul pertanyaan, setelah penetapan itu apa yang terjadi di sana. Tidak ada perubahan yang signifikan bair dari sisi pembangunan maupun pembenahan di tempat-tempat pafoit wisata di Sekitar Danau Toba. Di era digital dan era global saat ini, pemandangan yang polos memang menjadi incaran para touris. Tapi perlu pemolesan atau penataan wajah sarana dan prasarana agar lebih indah di lihat dan dipandang. Sejak diumumkannya Danau Toba menjadi salah satu Destinasi Kunjungan Wisata Internasional, sampai saat ini belummenunjukkan perubahan yang signifikan layaknya sebuah lokasi kunjungan wisata Internasioanl.
Pemandangan yang kumuh, kotor masih menjadi bagian yang belum bisa lekang dari pemandangan di sisi sisi dermaga Danau Toba maupun pantai yang seharusnya memberikan keinginan untuk mandi di air yang bening dan biru itu. Tapi niat itu akan pudar manakala melihat di sana sini sampah berserakan dan keramba masih terlihat di pinggir pantai yang telah mencoreng wajah gadis cantik itu dengan corengan hitam kotoran kuali.
Keseriusan Pemerintah Untuk Menata Kurang ?.
Melihat kondisi tempat wisata tersebut sebelum dan sesudah di nyatakan menjadi Destinasi kunjungan Wisata Internasional tidak ada yang erubah. Kemampuan management pemerintah saat ini sangat dipertanyakan untuk menyajikan daerah Wisata yang nyaman damai dan santai dan berwibawa.
Di daerah Tomok misalnya, fasilitas Kapal penyebrangan yang menjadi jantung peerkembangan wisata disana masih jauh dari harapan semp;urna. Mereka belum mampu memberikan pelayanan yang maximal. Faktor waktu waktu pengaturan memasukkan kendaaan ke kapal masih sangat klasik, dan menjadi salah satu hambatan bari para pengunjung untuk menikmati tempat wisata. Hanya untuk menyebrang saja ke Pulau Samosir, waktu sangat lama dan membosankan.
Kapal penyeberangan tidak didisaign prakis dan mudah keluar masuk kendaraan. Kemampuan kapal mengangkut mobil yang sangat minim, hanya sekitar 33 mobil itu sangat tidak memadai dengan jumlah masyarakat yang mau masuk dan keluar Pulau Samposir. Sebagai akibatnya, antrian mengular dan memenuhi sepanjang jalan menuju Dermaga itu, menjadikan pemandangan yang sangat mengganggu di pinggian jalan dan mengganggu lalu lintas. Karena areal parkir di Dermaga tidak tersedia cukup. Dan kalah hal ini terus bagaimana nasib penti penyeberangan ini di mas ayang akan datang.
Kesempatan ini dimanfaatkan pula oleh petugas yang memungut Rp 10.000 untuk setiap mobil yang antri di pinggir jalan. Dan untuk ini tentu mereka mendapatkan jumlah yang cukup besar. Apakah ini resmi ?.
Mobil Untuk masuk kapal pen yebrangan dengan sistim mundur menjadi slah satu faktor cukup lambatnya proses pemberangaktan kapal;. Kapal tidak didesain dengan sistim mobil masuk dan ketika sampai langsung keluar dengan cepat. Didalam kapal penyeberangan tampak kumur dan kotor. Tidak ada niat memberi pelayanan yang nyaman dan bersih.
Budaya Dan Sifat Berdagang Mencekik Harusnya di Berantas
Tempat wisata memang wajar kalau barang yang di jual di sana mahal. Tapi kalau sudah menjadi tempat memeras dan menjerat pengunjung tentu sudah sangat tidak baik. Banyak dari pengunjung yang tidak mau makan di pintu-pintu masuk tempat wiosata Danau Toba, karena mereka sudah sering mendengar warung atau Rumah Makan yang menjadikan usahanya tempat memeras pengunjung. Ahirnya banyak pengunjung yang kapok dan tobat untuk makan di sana. Makanan harganya bisa dinaikan sampai 400 %. Untuk itu pemerintah harus medorong pengusaha restoran dan penjual makanan menerapkan agar semua menempelkan harga dan bandrol agar pengunjung tidak merasa tertipu.
Dalam hal ini pemerinah dan Dinas Pariwisata seharusnya memberikan penyuluhan dan pengarahan, karena hidup mereka akan bisa leih baik dari banyaknya pengujung wisata. Tidak mengharapkan keuntukngan yang sesaat. Hal lain yan sangat penting dihilangakn adalah sifat kasar dari masyaakat setempat yang tidak bersahabat terhadap para pengunjung wisata. Mereka harusnya sadar bahwa mereka adalah tuan rumah bagi tamu yang datang ke sana. Bukan sebagai raja karena di rumah sendiri. Oleh karena itu mereka harus di ajarkan sopan dan sabar tidak berlaku argogan dan sombong terhadap pengunjung.
Sarana Dan Prasarana
Satu hal yang sampai saat ini sanat menghambat wisata di Danau Toba adalah minimnya sarana dan prasarana. Jalan- jalan di Pulau Samosir yang menjadi daeah kunjungan wisata, belum begitu baik dan kurangnya sarana transportasi dari satu lokasi ke lokasi yang lain.
Untuk Wisata Internasional tentu menjadi salah satu hambatan yang serius. Bagaimana mungkin kita mengharapkan banyak tamu yang datang, tapi transportasi tidak lancar, rakyatnya tidak sadar Wisata, dan pemerintah tidak memiliki visi yang jelas dalam penyajian wista di sana.
Kita berharap agar Wisata Danau Toba bisa menjadi Wisata internasioanal yang sesunguhnya yang bisa mengharumkan nama Bangsa Indonesia. Oleh karena itu mulailah memangun dan menata dengan baik Danau Toba tersebut. FORTUNA****